Pusat Info Dunia Maya

SEMOGA BERMANFAAT

  • Teknologi dalam sepak bola

    Microchip berukuran hanya sebesar kurang dari setengah inch (15 milimeter) akan ditanam di dalam bola yang kemudian akan memancarkan sinyal radio saat bola melampaui garis gawang. Sinyal tersebut akan ditangkap 12 antena yang ditempatkan di pojok-pojok lapangan yang kemudian dikirimkan kembali ke penangkap sinyal yang ada di tangan wasit dalam waktu kurang dari satu detik. Wasit hanya menggunakan teknologi ini bila ia merasa ragu untuk mengambil sebuah keputusan bila ada kontroversi tentang terjadi tidaknya sebuah gol. Bila bola melewati garis gawang, petunjuk di tangan wasit akan menunjukkan kata “Gol!” yang kemudian terekam oleh teknologi ini......

  • 15 Foto langka Adolf Hitler, Dijamin Kamu Belum Pernah Lihat!

    Hai sudah lama saya tidak posting artikel terbaru karena kesibukan dan hal penting lainnya. Oke disini saya akan membagikan kepada sobat semua tentang foto langka adofl hitler, mungkin ada yang sudah tau mungkin juga ada yang belum tau yuk di simak sobat. .....

  • TUKERAN LINK OTOMATIS

    Dengan bertukar link kita bisa saling berbagi dan juga bisa menaikan trafik blog dan membuat blog/web anda terkenal. Tunggu apa lagi langsung saja masuk. Mari kita buat jalinan silahturahmi antara kita. ...

  • 10 Konsep Ponsel Yang Keren dan Unik

    ponsel ini katanya terbuat dari jerami alias rumput kering. Hmm, walaupun konsepnya “recycling” atau dapat diperbaharui kembali, dan ramah lingkungan. Namun sepertinya ponsel ini tidak praktis, karena mungkin tidak akan bertahan lama karena faktor kondisi bahan material penyusunnya. Anyway, ide back to nature pada ponsel ini didesain oleh je-hyun kim......

Posted by Surya Adhitama 0 komentar

Kabar mengejutkan datang: lima relawan Merapi asal Glagaharjo dinyatakan hilang. Mereka, Arief Widyatmoko, Yadi Purwohandoko, Agus Febrianto, Ngatimin, dan Supono, diduga terperangkap saat awan panas 'wedhus gembel' meluncur dengan cepat, Jumat 5 November 2010.
"Kelimanya adalah relawan lokal," kata anggota Tim Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana), Yadi B, kepada VIVAnews.com di RS Sardjito, Yogyakarta, Senin 8 November 2010.
Kejadian bermula pada Kamis 4 November 2010. Saat itu ada laporan, Merapi kian parah. Keputusan diambil cepat, warga, termasuk para relawan harus segera dievakuasi.
Truk-truk berdatangan mengevakuasi warga ke luar dari zona bahaya, 20 kilometer dari puncak. Namun, sayang, saat akan mengevakuasi lima relawan tersebut, Merapi makin gawat. Truk tak mungkin lagi berbalik naik. “Mereka terperangkap,” kata Yadi.
Hilangnya para relawan ditangisi Sriyono (49), warga Banjarsari, Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan. Apalagi, satu dari relawan yang tak diketahui nasibnya adalah putranya, Arief Widyatmoko (28).
Senin, 8 November 2010, ia menyambangi kamar jenazah RS Sardjito, mencari tahu nasib sang putra. Masih tergambar jelas di kepala Sriyono, situasi saat itu. Pengumuman dikeluarkan, Merapi sedang bergejolak.  Istri Sriyono dan dua putrinya, Sri Rahayu dan Isnaini (7) langsung naik ke truk yang membawa mereka ke lokasi yang lebih aman. Mereka selamat.
Sriyono pun lantas berusaha mencari Arief yang saat itu masih bertugas menjaga posko logistik yang berlokasi dua kilometer dari lokasi tersebut, Lalu, awan panas mengganas, menerjang dan membakar rumah-rumah kampung yang berdinding bambu. Kampung itu ludes.
Sriyono tak kuasa menyelamatkan putranya. “Saya mau mencoba naik, menyelamatkan anak saya, tapi tidak mungkin,” kata Sriyono, tercekat.
Tak ada yang bisa disalahkan, namun Sriyono menyayangkan datangnya informasi dari perangkat desa yang telat. Padahal, informasi bahwa Merapi akan meletus telah diketahui sejak sore.
“Pukul sepuluh malam saya baru disuruh Pak Lurah membangunkan warga untuk mengungsi. Karena desa kami ternyata tidak aman lagi,” kata dia.
Soal info yang telat, dibantah Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu. Kata dia para korban tewas itu sebenarnya sebelumnya sudah mengungsi. "Tetapi, sebagian dari mereka kembali lagi ke atas. Kami sudah peringatkan dan sosialisasikan sejak letusan pertama pada 26 Oktober lalu. Namun, warga punya pilihan lain. Tapi saya tidak katakan bandel," kata Yuni kepada VIVAnews.

Bukan yang pertama
Hilangnya lima relawan adalah kabar duka yang berlanjut. Sebelumnya, lima relawan tewas akibat ganasnya terjangan “wedhus gembel”. Satu relawan tewas saat erupsi pertama Merapi, Selasa 26 Oktober 2010. Empat lainnya saat erupsi Merapi Jumat 5 November 2010.
Kepala Tim SAR bencana Gunung Merapi Suseno mengatakan, baru tiga jasad relawan yang bisa dievakuasi. "Dua lainnya belum bisa karena awan panas kembali turun. Kelimanya di Glagaharjo," kata Suseno saat dihubungi VIVAnews Minggu 7 November 2010.
Kelima relawan ini merupakan tim Taruna Tanggap Bencana (Tagana).
Ketiga relawan yang sudah dievakuasi adalah Slamet Ngatiran, Ariyanto B, dan Samiyo. "Yang belum dievakuasi Juprianto dan Supriyadi," kata Suseno.
Saat awan panas menerjang kampung Mbah Maridjan, Kepuharjo, seorang relawan Palang Merah Indonesia (PMI), Tutur Prijono, ditemukan tewas berdekatan dengan wartawan VIVAnews, Yuniawan Wahyu Nugroho.
Terkait banyaknya relawan yang meninggal saat bertugas di Merapi, Suseno mengimbau para pekerja kemanusiaan ini tidak ambil risiko, tidak nekat. Sebab, amuk Merapi tak bisa diprediksi.
Relawan juga harus dibekali kemampuan dan keahlian, khususnya dalam mengambil keputusan di tengah kondisi darurat.

sumber:  www.vivanews.com

Categories:

0 Responses

Posting Komentar

Jangan lupaa klik !!

TUKERAN LINK OTOMATIS

klik

Free Automatic Backlink Free Automatic Backlink Free Automatic Backlink Free Automatic Backlink Free Automatic Backlink Free Automatic Backlink

Berikan Tanggapn Anda

Berlangganan Artikel Gratis

Berlangganan artikel secara gratis.Masukkan alamat email Anda, kemudian verifikasi pada kotak masuk email