Siapa kira, ternyata letusan Merapi, letusan Bromo, dan luapan lumpur Lapindo memiliki keterkaitan satu sama lain.
Berdasarkan dugaan dari Badan Penanggulangan Luapan Lumpur Sidoarjo (BPLS), ternyata ada hubungannya antara aktivitas vulkanik pegunungan tersebut dengan luapan lumpur Lapindo.
Deputi Operasional BPLS Sofyan Hadi mengatakan, jika besar kemungkinan jika luapan lumpur Lapindo itu berhubungan dengan aktivitas vulkanik gunung di Indonesia. Sebagai contoh misalnya, pada 18 November lalu, BPLS menemukan adanya semburan baru di pusat semburan. Jika awalnya hanya ada satu semburan di pusat semburan, namun pada 18 November sore, BPLS menemukan tiga grup semburan baru.
Saat itu, Sofyan menanyakan kepada Badan Geologi, apakah ada peningkatan aktivitas vulkanik di Bromo, Welirang, Kelud dan kompleks pegunungan Ajurna?
“Kenyataannya tak lama kemudian Bromo mengalami erupsi,” kata Sofyan Hadi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Apalagi jarak antara gunung aktif dengan Lapindo hanya berjarak 15 kilometer.
Bukti lain yang mengindikasikan adanya hubungan antara Lapindo dengan aktivitas vulkanik adalah ditemukannya gas helium di pusat semburan. Pada Februari lalu, Sofyan Hadi sempat ke pusat semburan untuk sampling gas. Ternyata setelah diujikan di Itali, terdapat kandungan gas helium dalam jumlah yang cukup banyak.
“Ini hanya bisa terjadi jika berhubungan dengan sistem magma bumi,” kata Sofyan.
Bukti lain yang disodorkan oleh Sofyan, adalah soal jumlah material yang dikeluarkan oleh semburan lumpur Lapindo. Berdasarkan perkiraan BPLS, hingga empat tahun ini luapan lumpur Lapindo telah mengeluarkan 144 juta meter kubik material. Jumlah ini hampir setara dengan material erupsi hebat Merapi yang menjadi 100 juta meter kubik.
Pada saat puncaknya, luapan lumpur Lapindo ini mengeluarkan 100 ribu meter kubik material. Kata Sofyan, 100 ribu meter kubik per hari setara dengan sejuta barel. “Nah sejuta barel sama dengan jumlah minyak yang diproduksi Indonesia dari 2300 sumur,” ujarnya.
Dugaan jika aktivitas luapan lumpur Lapindo berkaitan dengan aktivitas tektonik ini, kata Sofyan, bisa dipelajari peta Belanda keluaran tahun 1938 yang menyebutkan situs mud volcano sebelah selatan Bandara Juanda Surabaya. Atau bahkan dalam kitab-kitab kuno seperti Pararaton, Negara Kertagama, di situ disebutkan tentang peta mud volcano.
“Dari kitab-kitab itu terbukti jika kita mempunyai sejarah mud volcano yang cukup panjang,” kata Sofyan.
Oleh sebab itu, yang paling penting adalah antisipasi untuk menghadapi bencana tersebut. BPLS sendiri menyatakan sudah mempunyai roadmap untuk 30 tahun mengatasi bencana luapan lumpur Lapindo. Umur 30 tahun itu berdasarkan perhitungan pakar geologi jika luapan lumpur Lapindo akan berhenti setelah masa itu.
sumber :http://news.okezone.com
0 Responses
Posting Komentar
Jangan lupaa klik !!
TUKERAN LINK OTOMATIS